Sunday, 25 July 2010

Jangan Bermain-Main Dengan Alat Kelamin Pria (based a true story)




Semua wanita normal di dunia ini pasti ingin menikah. Menjadi seorang istri untuk seorang suami dan melahirkan keturunan. Sebuah keinginan yang manusiawi. Namun aku harus menyimpan keinginan itu di dalam hatiku. Demi kebaikan orang yang aku cintai. Agar orang yang aku cintai tidak menjadi seperti diriku saat ini.

Semuanya berawal dari kesalahan masa laluku. Sebuah kebodohan yang tidak seharusnya aku lakukan. Namun cinta yang berbalut nafsu membutakan logikaku dan melumpuhkan hati nuraniku. Ketika hawa nafsu menguasai manusia maka khotbah mengenai kesucian tak lagi bergaung di hati nurani manusia. Yang ada hanya desahan kenikmatan.

Jauh sebelum aku mengatakan ada apa denganku. Aku ingin berbagi apa yang aku alami saat ini. Di usiaku yang hampir kepala tiga ini, aku terpaksa ngekos. Bukan karena tempat kerjaku jauh dari rumah. Bukan juga supaya aku bisa belajar mandiri. Tapi karena aku kabur dari rumah. Aku nekat meninggalkan rumah dan keluargaku.

Tapi aku tidak menyesal dengan keputusanku untuk meninggalkan rumah yang selama puluhan tahun aku tinggali. Rumah yang memiliki begitu banyak kenangan indah. Tapi sekali lagi aku katakan, aku tidak menyesal pergi dari rumah yang tak ubahnya seperti penjara bagiku. Toh, ketika aku tidak lagi tinggal di rumahku sendiri, aku bisa menikmati hidupku. Untuk apa hidup di istana kalau raga ini terpenjara?

Bayangin, bagaimana tersiksanya aku ketika harus diperlakukan seperti binatang yang menjijikkan. Bahkan anjing peliharanku lebih dikasihi oleh keluargaku dibandingkan aku. Ngga percaya?

Tidak ada yang ingin berdekatan denganku. Apa lagi menyentuhku. Berbeda dengan si Pingky, anjing mini pom yang tinggal di keluargaku. Jangankan dibelai, si Pingky kalau sakit saja seisi rumah pada panik. Sedangkan aku? Boro-boro. Kalau perlu aku mati saja. Aku hanya beban bagi keluargaku. Kalau saja membunuh itu bukan dosa dan dilegalkan pasti keluargaku telah membunuhku.

Semua peralatan makan yang aku pakai direndam dengan pemutih baju lalu dibersihkan dengan tanah lalu dibilas dengan air. Sejijik itukah mereka atas diriku? Setiap kali ada tamu, aku dikurung di kamar meski sang tamu mencari aku. Jadi, jangan harap kalau aku bisa pergi ke acara keluarga. Paling alasan yang sering mereka kemukakan kepada yang menanyakan keberadanku adalah aku lagi sakit. Ya, memang benar aku sakit. Tapi aku masih bisa kemana-mana. Aku masih bisa beraktifitas seperti manusia normal lainnya.

Aku melewati malam yang dingin dan berteman tembok kamar yang bisu dengan air mata. Dengan sebuah pertanyaan, “inikah yang harus aku tanggung atas kesalahan masa laluku?”

Sampai satu hari aku nekat kabur dengan barang seadanya saat rumah sedang sepi. Kabur adalah pilihan yang terbaik bagiku.


Aku duduk dengan diam. Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Tapi setelah tiga kali dilakukan pemeriksaan, hasilnya tetap sama. Ibuku yang mendampingiku menangis. Ah…Andai saja hal itu tak terjadi. Aku tidak mungkin akan mengalami seperti ini.

Aku tidak pernah menyangka kalau dari hubungan seks yang hanya sekali itu bisa seperti ini dampaknya. Aku menyerahkan keperawananku kepada Martin sebagai bukti cintaku padanya. Setelah dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia seperti hilang ditelan bumi. Tidak pernah lagi muncul dan tidak bisa dihubungi sama sekali. Aku tidak bisa menyalahkan sepenuhnya Martin karena kami melakukannya atas dasar suka sama suka. Aku membungkam mulutku ketika orang tuaku memaksa aku untuk mengatakan yang sebenarnya.

Aku selingkuh dengan tunangan kakak perempuanku sendiri. Aku tidak hamil karena hubungan seks yang pernah aku lakukan dengan Martin. Tapi virus yang ada di dalam tubuh Martin kini ada di dalam tubuhku. Aku positif HIV. Semua penyesalan tak akan ada lagi gunanya. Martin yang kelihatan pria baik-baik ternyata iblis bermuka malaikat. Belakangan aku baru tau kalau dia seorang pemakai narkoba.

Kini, malam-malam yang aku lewati dengan air mata mohon pengampunan kepada Yang Maha Kuasa. Aku percaya, Dia mengasihiku dan menerima aku apa adanya karena aku berharga di mata-Nya. Kini aku menjalani hari-hariku dengan menjadi seorang aktivis sosial yang tanpa lelah memperingatkan kepada semua wanita untuk jangan pernah bermain-main dengan alat kelamin pria atas nama pembuktian cinta. Semoga setiap wanita yang membaca kisahku menjaga ‘harta berharga’ yang dimilikinya dan say “no to free sex”. Penyesalan selalu datang terlambat. Percayalah, karena aku sudah mengalaminya.

TAMAT

Tulisan ini saya dedikasikan untuk semua ODHA, kalian berharga dimata Tuhan. Buluh yang patah terkulai tidak akan patah dipatahkanny dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, Dia kan jadikan indah untuk kemulian-Nya.
sumber : kesehatan.kompasiana.com

5 comments:

  1. Certa yang bagus sangat menyentuh!!!
    Makasih pencerahannya...

    ReplyDelete
  2. hiks.. sedih... HIV ya.. thanks sudah mengingtkan...

    ReplyDelete
  3. hehehehe.....betul juga tuh..ty atas infonya bro.

    ReplyDelete
  4. jgn salahin anjing loe atau keluarga loe.
    salahin tuh si martin.

    ReplyDelete
  5. Jadi keluarganya saat ini membencinya?

    Atau hanya takut tertular ?

    ReplyDelete

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...